Minangkabau merupakan salah satu suku di
Indonesia, yang mempunyai tradisi yang bersandikan hokum adat Al Qur'an
seperti yang tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syara',
syara' basandi Kitabullah, yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.
Bidang yang sangat menonjol bagi orang
Minang adalah pendidikan dan perniagaan. Tidak salah jika suku Minang
tersebar disebagian besar kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,
Surabaya, Batam, Medan, Palembang dll, masakan yang sudah terkenal di
Indonesia adalah masakan Padang dan sayapun menggemarinya.
Suku Minangkabau atau Minang adalah
kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau.
Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan
Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, bagian selatan
Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai
orang Padang, merujuk kepada nama ibukota propinsi Sumatera Barat yaitu
kota Padang. Hal ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa beberapa
literatur Belanda juga telah menyebut masyarakat suku ini sebagai
Padangsche Bovenlanden.
Peristiwa perjuangan yang sangat terkenal adalah perang Paderi,
terjadi pada tahun 1803 - 1838, dan merupakan salah satu perang
penaklukan terlama yang dilancarkan Belanda dalam politik ekspansinya di
abad ke-19 di Nusantara. Kekalahan dalam perang tersebut menyebabkan
tanah Minang berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial
Hindia-Belanda sejak tahun 1838, dan berakhir pada tahun 1942 seiring
dengan penyerahan kekuasaan kepada Jepang
Minangkabau yang berarti Menang-Kerbau
diambil dari kata Minang dan Kerbau. Dalam sebuah legenda yang legenda
khas Minang yang dikenal sebagai tambo. Konon pada suatu masa ada satu
kerajaan asing yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk
mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu
kerbau.
Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan diberikan pisau pada tanduknya.
Dalam pertempuran, anak kerbau itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya dan ingin menyusui maka anak kerbau kecil langsung menanduk serta mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan tersebut menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau jika diartikan dalam bahasa Indonesia yang maknanya sama dengan Menang-Kerbau.
Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar dengan diberikan pisau pada tanduknya.
Dalam pertempuran, anak kerbau itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya dan ingin menyusui maka anak kerbau kecil langsung menanduk serta mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan tersebut menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau jika diartikan dalam bahasa Indonesia yang maknanya sama dengan Menang-Kerbau.
Prasasti Kedukan Bukit yang bertarikh
682 Masehi dan berbahasa Sansekerta telah dinyatakan bahwa pendiri
Kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang bertolak dari "Minānga" .
Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris
ke-4 (...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga
menjadi mināngatāmvan dan diterjemahkan dengan makna sungai kembar.
Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (tempuran)
dua sumber aliran Sungai Kampar, yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai
Kampar Kanan. Catatan sejarah Kerajaan Majapahit, Nagarakretagama
bertarikh 1365 M, menyebutkan satu negeri Melayu yang bernama
Minangkabwa.
Suku Minang merupakan bagian dari
masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari
daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang
lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau
Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi, dan
didaerah Menhir Mahat (nama satu daerah yang terletak antara perbatasan
Sumatera Barat dan Riau sekarang) banyak dijumapi peninggalan megalit.
Selanjutnya masyarakat ini menyebar dari Luhak nan Tigo (darek). terus
ke daerah pesisir (pasisie) di pantai barat pulau Sumatera, yang
terbentang dari Barus di utara hingga Kerinci di selatan.
Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan Persia. Dimana migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis.
Selain berasal dari Luhak nan Tigo, masyarakat pesisir juga banyak yang berasal dari India Selatan dan Persia. Dimana migrasi masyarakat tersebut terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka, ketika kerajaan tersebut jatuh ke tangan Portugis.
Kerajaan Pagaruyung disebut juga sebagai
Kerajaan Minangkabau merupakan salah satu kerajaan yang pernah ada
dalam khazanah sejarah Minangkabau. Kerajaan yang diperkirakan berdiri
pada abad ke-14 di daerah darek Minangkabau, tepatnya berpusat di
Pagaruyung, Batusangkar. Kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaan
sekitar abad ke-15 Masehi, semasa pemerintahan Adityawarman berkuasa
(Amran, 1981 : 37 ; Kiram, dkk, 2003 : 11 dan Imran, 2002 : 20). Sebagai
sebuah kerajaan besar dizamannya, Kerajaan Pagaruyung sendiri memiliki
kerajaan kecil sebagai “wakil raja” untuk memerintah di daerah.
Kerajaan-kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung dan
langsung diberi otonomi khusus untuk mengurus kepentingan pemerintah dan
ekonominya.
Kerajaan Pagaruyung merupakan sebuah
kerajaan yang berpusat di luhak Tanah Datar, Minangkabau. Istana
kerajaan berada di Nagari Pagaruyung, yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan raja. Kerajaan Pagaruyung disebut juga sebagai kerajaan
Minangkabau.
Dari Berbagai Sumber.