Aceh adalah nama sebuah wilayah di pulau
sumatera yang letaknya paling ujung tepatnya terletak di 05°16' 15" -
05° 36' 16" Lintang Utara dan 95° 16' 15" - 95° 22' 35" Bujur Timur
dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut. Penduduk Aceh
merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa. Leluhur orang Aceh
berasal dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochin, Kamboja.
Keturunan bangsa asing juga terdapat di
Aceh seperti Arab dan India. Dan sangat erat kaitannya dengan
pernyebaran agama Islam. Bangsa Arab yang datang ke Aceh banyak yang
berasal dari provinsi Hadramaut (Negeri Yaman), dibuktikan dengan
marga-marga mereka al-Aydrus, al-Habsyi, al-Attas, al-Kathiri,
Badjubier, Sungkar, Bawazier dan lain lain. Terjadinya kawin campur
diantara bangsa Arab dan penduduk asli Aceh sehingga banyak dari mereka
yang menghilangkan nama marganya.
Sedangkan bangsa India kebanyakan dari Gujarat dan Tamil. Dapat
dibuktikan dengan penampilan wajah suku Aceh, serta variasi makanan
(kari), dan juga warisan kebudayaan Hindu Tua. Keturunan India dapat
ditemukan tersebar di seluruh Aceh. Karena letak geografis yang
berdekatan maka keturunan India cukup dominan di Aceh.
Cakra Donya adalah sebuah lonceng besar
yang diberikan oleh laksamana Cheng Ho, yang merupakan bukti bahwa
pedagang-pedagang dari Tiongkok juga mempunyai hubungan yang erat dengan
suku Aceh. Dan Aceh dijadikan sebagai tempat transit utama sebelum
melanjutkan perjalanan ke Eropa. Dan masih banyak lagi keturunan dari
bangsa lain seperti Persia, Turki, dan Portugis.
Bahasa Melayu-Polinesia barat, cabang dari keluarga bahasa Austronesia merupakan bahasa yang di gunakan oleh suku Aceh.
Wisata Sejarah Aceh Jaya
Wisata Sejarah Aceh Jaya
Aceh Jaya memiliki beberapa daerah objek wisata yang kaya dengan nilai sejarah dan budaya, seperti:
Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.
Menurut sejarah, Putri Phang selalu
merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang – Malaysia. Sultan kemudian
mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya
dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun
disini tidak.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami.
Kuburan Po Teumeurehom Daya
Po Teumeurehom Daya (Sultan Alaiddin Riatsyah) adalah keturunan raja-raja Aceh yang terkenal pada abad 17.
Pada setiap Hari Raya Idul Adha, di
makam ini diadakan upacara "Seumeuleng" yaitu suatu upacara untuk
memperingati Sultan Alaiddin Riatsyah (Po Teumeurehom Daya) yang
dilaksanakan oleh keturunan¬-keturunan beliau sampai sekarang.
Seluruh masyarakat dari dalam maupun
luar Kecamatan Jaya datang untuk menyaksikan upacara Seumuleueng itu,
karena cukup unik dan tidak ada di daerah lain.
Sajian upacara tersebut terdiri dari
makanan adat seperti Bu Yapan, Kuah Rayeuk, Takeeh U, Kuah Pengat dan
lauk-pauk lainnya yang dimasak di Gampong Meunasah Rayeuk. Ada mitos
kalau Kuah Rayeuk itu dimasak di gampong lain maka kemungkinan akan
mendatangkan musibah. Maka ditetapkanlah masakan kuah rayeuk itu di
Gampong Meunasah Rayeuk. Kuah itu untuk dimakan bersama di Balairung
atau Askara. Balai itu dibangun di kaki gunung yang tidak begitu jauh
dengan kompleks makam Po Termeureuhom.
Hari itu, keturunan Po Teumeureuhom
berkumpul di Balairung dengan memakai pakaian kebesaran dengan dominasi
hitam, pakai tengkuluk, kain selempang yang panjangnya mencapai tiga
meter lebih dan menggunakan sebilah pedang tanda kebesaran, masyarakat
sangat beruntung bila Nasi Yapan dapat diperoleh dan merasa bersedih
apabila nasi tidak didapatnya. Nasi Yapan adalah nasi yang dimakan
keluarga Po Teumeureuhom masa dulu, yang diyakini masyarakat setempat
kalau memakan nasi tersebut akan mendapat barakah dan bagi anak-anak
dengan memakan nasi tersebut dapat terjaga dari bermacam-macam gangguan
makhluk halus dan terhindar dari penyakit.
Mesjid Raya Baiturrahman merupakan salah
satu daya tarik wisata budaya yang paling menonjol di Banda Aceh,
sekaligus menjadi “icon” pariwisata Aceh. Bangunan ini secara strategis
terletak di jantung Kota Banda Aceh yang dilengkapi dengan berbagai
arsitektur dan ornamen khas Aceh yang luar biasa. Mesjid ini menjadi
salah satu sasaran kunjungan wisatawan.
Mesjid ini dibangun sekitar 12 abad yang
lalu dan pernah dibakar beberapa kali termasuk ketika Belanda
menyerang Kuta Raja (Banda Aceh) pada tahun 1873. Kemudian pada tahun
1883 Belanda membangun kembali mesjid tersebut dalam upaya mengambil
hati rakyat Aceh. Bangunan mesjid ini memiliki lima buah kubah dan
dinding yang lebar serta kerangka yang besar. Di sekitar dasar kubah,
dinding dan pilar terdapat bermacam jenis hiasan yang menarik.
Merupakan sebuah puing bangunan bekas Kantor Bupati Aceh Jaya yang tidak roboh pada saat gempa bumi dan gelombang tsunami 2004. Menjadi bukti sejarah dahsyatnya gelombang tsunami yang banyak menelan korban. Bangunan ini sekarang dijadikan Monument Tsunami, juga objek dan daya tarik wisata bagi yang berkunjung ke Calang.
Pulau Raya
Pulau ini dulunya adalah sebuah pulau tempat benteng pertahanan pada masa penjajahan Belanda dan kini menjadi objek wisata sejarah karena ada peninggalan kuburan tentara yang gugur di sini. Selain itu, Pulau Raya juga menjadi objek wisata mancing. Di sebelah utaranya terdapat terumbu karang yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang gemar snorkeling dan diving.
Pulau ini dulunya adalah sebuah pulau tempat benteng pertahanan pada masa penjajahan Belanda dan kini menjadi objek wisata sejarah karena ada peninggalan kuburan tentara yang gugur di sini. Selain itu, Pulau Raya juga menjadi objek wisata mancing. Di sebelah utaranya terdapat terumbu karang yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang gemar snorkeling dan diving.
Batu Sumpah
Sebuah hamparan batu gunung dengan
seluas lebih kurang 160 m2 mempunyai keunikan tersendiri karena batu
tersebut bisa memberikan petunjuk bagi kita dan sensitivitas yang
tinggi. Sampai sekarang, batu tersebut masih dipercaya oleh masyarakat
Desa Seunebok Padang Kecamatan Teunom untuk memberi petunjuk apabila
seseorang kehilangan harta benda.Untuk mencapai lokasi batu tersebut,
kita bisa menumpang speed boat masyarakat/nelayan yang sudah tersedia di
tempat penyeberangan dengan lama tempuh 10 menit dan berjarak 8 km dari
ibukota kecamatan Teunom.